Selasa, 03 Maret 2009

Kutub selatan yang hangat di neptunus

Para astronom baru-baru ini mempublikasikan peta termal pertama dari lapisan terbawah atmosfer Neptunus. Peta tersebut menunjukkan bahwa kutub selatan yang lebih hangat telah menyediakan jalan bagi metana untuk lolos dari lapisan terbawah atmosfer ke lapisan yang lebih atas.

“Begitu tingginya suhu sehingga gas metana, yang seharusnya membeku pada bagian teratas atmosfer (stratosfer), dapat merembes keluar melalui daerah ini,” jelas Glenn Orton, penulis utama dari makalah yang melaporkan penemuan ini.

Suhu pada kutub selatan diketahui lebih tinggi sekitar 10 derajat Celcius daripada bagian manapun di planet tersebut. Suhu rata-rata disana adalah sekitar 200 derajat Celcius. Neptunus adalah planet terluar dari tata surya kita. Dengan jarak 30 kali jarak Bumi-Matahari, intensitas cahaya Matahari yang diterima planet ini hanya 1/900 dari yang diterima oleh Bumi. Hal ini berpengaruh secara signifikan terhadap atmosfer Neptunus.

Para astronom telah menemukan bahwa variasi suhu tersebut konsisten dengan perubahan musim di planet tersebut. Satu tahun di Neptunus setara dengan 165 tahun di Bumi. Saat ini, kutub selatan Neptunus telah mengalami musim panas selama sekitar 40 tahun, dan diprediksikan apabila daerah ini mengalami musim dingin, maka kelimpahan metana akan merembes ke kutub utara yang lebih hangat selama sekitar 80 tahun.

phot-41-07-preview.jpg
Peta yang menunjukkan suhu yang lebih hangat di kutub selatan Neptunus (Gambar: ESO)

“Kutub selatan Neptunus saat ini menghadap ke arah Matahari, seperti halnya kutub selatan di Bumi yang menghadap ke arah matahari saat musim panas di belahan Bumi selatan,” jelas Orton. “Namun di Neptunus, musim panas di kutub selatan berlangsung selama 40 tahun dan bukan hanya beberapa bulan, dan sejumlah besar pasokan energi matahari pada saat itu dapat membuat perbedaan suhu yang besar antara daerah yang selalu mendapatkan sinar matahari dengan yang mengalami pergantian siang-malam.”

“Neptunus memiliki angin yang paling kuat diantara planet-planet di tata surya; angin sewaktu-waktu dapat berhembus dengan kecepatan lebih dari 2000 km/jam,” tambahnya lagi.

Observasi ini juga mengungkap adanya “hot spot” misterius di ketinggian pada stratorfer yang tidak ada padanannya pada atmosfer planet lain. Para astronom memperkirakan bahwa hot spot tersebut berasal dari gas yang membubung dari lapisan atmosfer yang lebih dalam.

Metana bukanlah komponen utama pada atmosfer Neptunus. Sebagai planet raksasa, Neptunus sebagian besar tersusun atas gas ringan, hidrogen dan helium. Namun adalah metana di atmosfer teratas Neptunus yang menyerap spektrum cahaya merah dari Matahari dan memantulkan cahaya biru ke antariksa sehingga membuat planet tersebut terlihat berwarna kebiruan.

Penemuan ini dipublikasikan dalam makalah berjudul “Evidence for Methane Escape and Strong Seasonal and Dynamical Perturbations of Neptune’s Atmospheric Temperatures“, oleh Glenn S. Orton et al. di jurnal riset Astronomy and Astrophysics. Pengamatan dilakukan dengan perangkat mid-infrared camera/spectrometer “VISIR” pada Very Large Telescope (VLT) 8,2 meter di European Southern Observatory (ESO). (www.eso.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar